infokeluargasehat.com – Aturan Terbaru, BPOM Larang Obat Sirup Mengandung Dietilen dan Etilen Glikol. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Bpom) Republik Indonesia mengeluarkan keputusan terbaru bahwa seluruh product obat sirup yang beredar di Tanah Air bukan boleh memiliki kandungan dietilen glikol (Deg) dan etilen glikol (Eg).
Ketentuan terbaru ini disampaikan BPOM guna menghindar kejadian bukan diinginkan berkaca berasal dari kejadian 70 anak meninggal di Gambia yang diduga mengenai obat batuk sirup memiliki kandungan dua komponen tersebut.
“Untuk mengimbuhkan pemberian pada penduduk, BPOM sudah menetapkan persyaratan terhadap kala registrasi bahwa seluruh product obat sirup untuk anak maupun dewasa, bukan diperbolehkan kenakan dietilen glikol (Deg) dan etilen glikol (Eg),” kata BPOM didalam pernyataan formal yang diterima Admin terhadap Sabtu, 15 Oktober 2022.
BPOM udah jalankan supervisi baik pre dan postmarket terhadap obat yang beredar di Indonesia. Hasilnya empat product produksi Maiden Pharmaceuticals Limited, India yang tentang bersama kematian 70 anak di Gambia bukan bukan terdaftar di Tanah Air.
Keempat product yang dimaksud adalah Promethazine Berkaitan dengan mulut Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
“Keempat product yang ditarik di Gambia itu bukan terdaftar di Indonesia dan sampai kala ini product berasal dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India bukan tersedia yang terdaftar di Bpom,” kata Bpom.
Kala ini, BPOM juga sedang tengah menelusuri mungkin kadar DEG dan EG sebagai cemaran terhadap bahan lain yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan.
Persoalan Anak Meninggal di Gambia Menjadi 70
pemerintah Gambia terhadap hari Jumat, 14 Oktober 2022 mengumumkan jumlah kematian anak implikasi cedera ginjal akut, yang diduga berkaitan bersama dengan sirup obat batuk protesis India naik. Berasal dari 69 jadi 70.
Presiden Adama Barrow memberi tambahan pembaruan terhadap rendezvous kabinet darurat yang dia adakan terhadap hari Kamis untuk membahas krisis itu.
Pemerintah Gambia selagi ini sedang laksanakan penyelidikan atas kematian puluhan anak-anak ini. Pekan ini juga telah terbentuk komisi penyelidikan persoalan kematian 70 anak ini.
Pengaruh DEG dan Eg
organisasi Kesegaran Global (World Health Organization/Who) mengatakan bahwa hasil analisis laboratorium menemukan kadar dietilen glikol dan etilen glikol yang lebih berasal dari ambang batas.
“Analisis laboratorium berasal dari sampel masing-masing product menegaskan bahwa mereka punya kandungan dietilen glikol dan etilen glikol sebagai kontaminan didalam jumlah yang bukan mampu diterima,” ujar Organisasi Kesegaran Global (Who) didalam peringatannya mengutip times Now.
Menurut Who, dietilen glikol dan etilen glikol merupakan kadar beracun bagi manusia. Kalau dikonsumsi, keduanya bisa membawa dampak kematian. Gejala berasal dari dampak toksiknya berupa sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan situasi mental, dan cedera ginjal akut yang mampu membawa dampak kematian.
Suatu laporan yang diterbitkan di dalam science Direct Dibawah kepenulisan Dr Allister Vale, MD dan Direktur National Poisons Knowledge Service, Birmingham, UK menemukan bahwa dietilen glikol dan etilen glikol dimetabolisme oleh alkohol yang mampu menghasilkan metabolit beracun.
Dietilen glikol dan etilen glikol mampu memicu orang yang mengonsumsinya mengalami koma, kejang, asidosis metabolik, dan gagal ginjal bersama dengan prosedur yang berbeda.
Kesedihan WHO atas Persoalan Ini
direktur Jenderal Who, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa kejadian ini benar-benar memilukan.
“Hilangnya nyawa anak-anak muda ini terlalu memilukan bagi keluarga mereka,” ujar Tedros mengutip the Guardian.
Pernyataan sama dikeluarkan oleh anggota dewan penelitian medis di Gambia. Menurutnya layaknya mengutip ap News, Di dalam seminggu paling akhir, tersedia laporan anak bersama keadaan cedera ginjal akut yang udah meninggal global.
“Kita mampu memastikan bahwa dia udah mengenakan keliru satu obat yang diduga mengakibatkan hal ini, sebelum kedatangannya di klinik kita. Tersebut udah dibeli di apotek di Gambia. Obat itu udah diidentifikasi memiliki kandungan sejumlah besar racun yang merusak ginjal secara permanen,” ujarnya.