5 Cara Mendeteksi Kista Ovarium Agar Bisa Segera Ditangani dengan Tepat
Banyak orang merasa khawatir saat mendengar tentang kista ovarium, karena sering kali dianggap sebagai indikasi kanker ovarium. Sebenarnya ada beberapa cara mendeteksi kista ovarium yang bisa dilakukan.
Padahal, tidak semua kista ovarium berkembang menjadi kanker atau berbahaya. Dengan perawatan yang tepat, kista ovarium dapat ditangani dan dicegah agar tidak semakin memburuk.
Kista ovarium umumnya tidak berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya. Risiko meningkat jika kista pecah, tumbuh besar, atau menghalangi aliran darah ke ovarium. Selain itu, kista yang tidak terdeteksi dan tidak segera ditangani bisa berkembang menjadi lebih serius, bahkan menjadi kanker.
Lantas bagaimana cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kista ovarium ini? Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya:
1. Pemeriksaan Panggul
Dokter akan melakukan pemeriksaan panggul untuk memeriksa apakah ada benjolan atau perubahan pada bentuk panggul. Namun, kista ovarium terkadang sulit terdeteksi melalui pemeriksaan panggul, karena faktor-faktor seperti bentuk tubuh dan anatomi panggul dapat memengaruhi hasilnya. Sebagai hasilnya, pemeriksaan panggul memiliki keterbatasan dalam mendiagnosis kista ovarium.
2. Tes Kehamilan
Anda juga dapat melakukan tes kehamilan dengan menggunakan urine. Jika hasil tes menunjukkan positif, hal ini bisa menunjukkan adanya kista pada korpus luteum.
Setelah ovulasi, folikel berubah menjadi korpus luteum, yaitu kelompok sel yang menghasilkan hormon. Penumpukan cairan dalam korpus luteum dapat menyebabkan pembentukan kista.
3. Ultrasonografi
Prosedur ini memanfaatkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambaran tentang kondisi rahim dan indung telur. Keunggulan pemeriksaan USG dalam mendeteksi kista ovarium meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi adanya kista, lokasi, serta jenisnya, apakah cair atau padat.
Jika ditemukan kista selama pemindaian, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan lanjutan setelah beberapa minggu untuk memastikan apakah kista ovarium tersebut tetap ada. Hasil pemeriksaan USG ovarium akan lebih jelas jika menggunakan teknologi USG 3D, yang memungkinkan pengamatan detail seperti perubahan anatomi massa ovarium, karakteristik permukaan, deteksi kemungkinan tumor, serta ukuran dan volume yang lebih akurat.
4. Tes Darah
Jika ada kekhawatiran bahwa kista bisa berkembang menjadi kanker, dokter mungkin akan menyarankan tes darah. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi peningkatan kadar protein atau antigen kanker yang sering ditemukan pada penderita kanker ovarium.
Jika kista terdeteksi padat dan pasien memiliki faktor risiko tinggi untuk kanker ovarium, dokter akan merujuk untuk melakukan tes antigen kanker 125 (CA125) atau tes darah lainnya.
Namun, kadar protein darah yang tinggi tidak selalu menunjukkan bahwa kista tersebut akan berkembang menjadi kanker. Peningkatan ini juga bisa dipengaruhi oleh kondisi non-kanker, seperti endometriosis, infeksi panggul, fibroid, atau fase menstruasi.
5. Laparoskopi
Prosedur laparoskopi dapat digunakan untuk memastikan adanya kista ovarium. Dalam prosedur ini, dokter akan membuat sayatan kecil di perut dan memasukkan tabung kamera mini untuk memeriksa organ reproduksi serta rongga panggul.
Metode ini memungkinkan untuk mendeteksi berbagai jenis kista. Jika ditemukan kista, tindakan medis seperti pengangkatan kista dapat dilakukan. Prosedur ini memerlukan penggunaan anestesi terlebih dahulu.
Diagnosis kista ovarium akan menentukan langkah-langkah perawatan selanjutnya. Selain itu, faktor-faktor seperti usia, gejala yang muncul, dan penyebab terbentuknya kista juga dapat mempengaruhi pilihan metode pengobatan yang digunakan.
Itulah uraian terkait dengan beberapa cara mendeteksi kista ovarium yang bisa dilakukan. Tentunya beberapa metode ini harus dilakukan sesuai dengan arahan dari dokter yang bersangkutan.