Infokeluargasehat.com – Kenali Gejala Usus Buntu Yang Pecah dan Cara Pengobatannya. Usus Buntu Pecah atau Apendiks yang pecah adalah keadaan darurat medis yang perlu ditangani sesegera mungkin. Ada beberapa gejala usus buntu pecah yang perlu diwaspadai, yaitu nyeri hebat di seluruh perut, demam, dada berdebar, lemas, hingga bengkak di perut.
Apendiks yang pecah merupakan komplikasi dari usus buntu yang tidak diobati. Pecahnya usus buntu dapat menyebabkan abses atau penumpukan nanah, serta penyebaran infeksi ke seluruh rongga perut (peritonitis). Tak hanya itu, bakteri dari usus buntu yang pecah bisa masuk ke aliran darah dan menyebabkan sepsis.
Gejala Usus Buntu Yang Pecah dan Cara Pengobatannya
Kondisi ini harus segera ditangani oleh dokter karena berpotensi mengancam nyawa. Oleh karena itu, Kamu perlu mewaspadai berbagai gejala usus buntu yang pecah.
Berbagai Gejala Apendiks Pecah
Apendisitis biasanya dimulai dengan radang usus buntu. Kondisi ini bisa menyebabkan nyeri mendadak di sekitar pusar. Setelah beberapa jam, barulah nyeri berpindah ke perut kanan bawah. Ini adalah salah satu ciri usus buntu.
Selain itu, ada juga beberapa gejala usus buntu lainnya yang dapat terjadi, antara lain:
- Kehilangan nafsu makan
- Bengkak
- Susah kentut
- Mual dan muntah
- Sembelit atau diare
- Demam ringan
Saat Kamu mengalami gejala-gejala di atas, sebenarnya ini adalah kondisi serius yang harus ditangani oleh dokter. Jika tidak ditangani dengan baik, radang usus buntu dapat berkembang menjadi pecahnya usus buntu, dan hal ini dapat berisiko menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Risiko pecahnya usus buntu akan meningkat setelah 2-3 hari setelah gejala awal usus buntu muncul. Saat usus buntu pecah, biasanya nyeri akan hilang selama beberapa jam, namun setelahnya gejala lain akan semakin parah.
Berikut beberapa gejala usus buntu yang pecah yang harus diwaspadai:
- Demam tinggi
- Lemah
- Sulit berkonsentrasi dan bingung
- Nyeri hebat dan konstan di seluruh perut
- Sesak napas dan dada berdebar-debar
Selain itu, kondisi pecahnya usus buntu juga bisa memicu tekanan darah rendah. Ini biasanya menunjukkan bahwa peritonitis atau sepsis telah terjadi akibat komplikasi dari usus buntu yang pecah.
Pengobatan usus buntu yang pecah
Penanganan utama usus buntu yang pecah adalah melalui prosedur pembedahan pengangkatan usus buntu atau appendectomy.
Namun, sebelum operasi dilakukan, dokter mungkin akan memberikan penanganan terlebih dahulu kepada pasien, yaitu dengan memberikan suntikan antibiotik dan terapi infus. Untuk mengurangi nyeri hebat akibat usus buntu pecah, dokter juga dapat memberikan suntikan obat pereda nyeri.
Setelah kondisi pasien stabil, dokter baru bisa melakukan operasi pengangkatan usus buntu. Prosedur ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik laparoskopi sayatan minimal atau operasi terbuka konvensional (laparotomi).
Untuk kasus usus buntu yang sudah pecah, operasi yang dianjurkan adalah laparotomi. Ini berguna untuk memastikan bahwa semua infeksi benar-benar bersih dari rongga perut.
Setelah menjalani operasi usus buntu, biasanya pasien perlu dirawat selama beberapa hari di rumah sakit. Selama masa pemulihan, pasien disarankan untuk menjalani tirah baring dan mengurangi aktivitas fisik yang berat.
Setelah diperbolehkan pulang, pasien juga mungkin disarankan untuk tidak berolahraga selama 4-6 minggu. Setelah itu, pasien baru bisa kembali beraktivitas normal.
Intinya, usus buntu yang pecah dapat ditangani dengan efektif melalui operasi, dan Kamu tetap dapat hidup normal dan sehat meski tanpa usus buntu.
Namun, jangan menunggu hingga gejala usus buntu pecah muncul. Saat Kamu mulai merasakan gejala radang usus buntu yang disebutkan di atas, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan pengobatan.