Menghilangkan 3 Mitos Tentang Kesehatan Mental dan Kesejahteraan Pria

Infokeluargasehat.com – Menghilangkan 3 Mitos Tentang Kesehatan Mental dan Kesejahteraan Pria. mengatakan bahwa untuk memastikan kesejahteraan holistik, seseorang harus menjaga setiap aspek, termasuk kesehatan emosional, sosial dan psikologis. Sangat penting untuk menjaga kesehatan mental seseorang di setiap tahap, dari masa kanak-kanak hingga usia tua. Karena kesehatan mental dan fisik adalah komponen penting dari kesejahteraan secara keseluruhan, setiap individu harus menjaganya dengan baik. Sayangnya, seiring dengan beban perawatan kesehatan mental di masyarakat, banyak stigma yang muncul seputar kesehatan mental pria. Misalnya, “Mard ko dard nahi hota”, “Pria harus tegar”, dan “Pria jangan menangis”- adalah ungkapan yang biasa digunakan untuk mempersulit pria bahkan untuk membicarakan kesehatan mental mereka. Berdiri melawan asumsi dan keyakinan salah yang meremehkan kesehatan mental pria menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa tidak ada individu yang menderita dalam diam. Dr Jini K. Gopinath, Chief Psychology Officer, yourDOST, berbagi beberapa kesalahpahaman umum yang dipecahkan oleh data berbasis penelitian yang menunjukkan kenyataan:

Pria Cenderung Mengatasi Situasi Sulit Secara NegatifMenghilangkan 3 Mitos Tentang Kesehatan Mental dan Kesejahteraan Pria

Merupakan kepercayaan umum bahwa ketika pria menghadapi tantangan dalam hidup, mereka cenderung menggunakan mekanisme koping yang berbahaya seperti ledakan kemarahan yang tiba-tiba atau meraih alkohol, obat-obatan dan zat lainnya. Ini jauh dari benar. Faktanya, sesuai penelitian, beberapa strategi koping umum yang dilakukan pria meliputi:

Terlibat dalam hobi

Menggunakan humor untuk membingkai ulang pikiran

Jalan-jalan bersama teman

Mengalihkan diri dengan pikiran negatif

Mekanisme koping yang berbahaya tidak terbatas pada satu jenis kelamin dan bukan merupakan solusi untuk mengatasi situasi sulit.

Pria Tidak Mencari Bantuan

Asumsi ini muncul bahkan dari mitos yang mengakar-menang tidak “membutuhkan” terapi. Namun, statistik menunjukkan sebaliknya. Catatan menunjukkan bahwa saluran bantuan rehabilitasi kesehatan mental Pusat menerima hampir 70% panggilan dari pria dan anak laki-laki di seluruh negeri. Ini menunjukkan bahwa pria, seperti orang lain, membutuhkan dukungan profesional dari waktu ke waktu dan terbuka untuk mencari bantuan.

Wanita Lebih Rentan Terhadap Masalah Kesehatan Mental

Dengan asumsi umum bahwa wanita lebih vokal tentang kesehatan mental mereka muncul mitos bahwa masalah kesehatan mental tidak mempengaruhi pria. Namun, statistik menceritakan kisah yang berbeda. Menurut Survei Kesehatan Mental Nasional 2015-16, prevalensi keseluruhan morbiditas mental di antara pria adalah 13,9%, dan untuk wanita, 7,5%.

Kesimpulan

Penelitian di seluruh dunia telah menekankan pentingnya menyebarkan kesadaran tentang kesehatan mental untuk menormalkan pencarian dukungan. Memulai dialog seputar kesehatan mental, mempertahankannya, dan menantang mitos yang mengakar adalah jalan ke depan sehingga kesehatan mental pria dianggap penting.